Sekelompok mahasiswa Surya University telah mengawali pengembangan satelit nano. Satelit yang memiliki ukuran lebih kecil dari satelit standar ini diklaim akan menjadi yang pertama dibuat oleh mahasiswa Indonesia. Menurut Rektor Surya University, Yohanes Surya, kebutuhan akan satelit nano terus berkembang, mengingat kemampuannya tak kalah dibandingkan satelit standar, tetapi nilai investasinya lebih kecil. “Untuk pembuatan satu satelit nano kira-kira diperlukan Rp 1 miliar.
Menurut perhitungan, untuk mencakup seluruh Indonesia dibutuhkan 100 satelit nano. Jadi, hanya dibutuhkan sekitar Rp 100 miliar untuk bisa memenuhi Sabang sampai Merauke,” ujarnya saat ditemui usai penandatangan nota kesepahaman antara Indosat dan PT Pasifik Satelit Nusantara dengan China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) di Jakarta, Rabu (17/5/2017).
Tak hanya itu, proses pembuatan satelit nano dinilai lebih cepat ketimbang satelit standar. Namun ia tak menampik, untuk tahap awal dibutuhkan waktu lebih lama. “Ke depannya dengan teknologi internet yang sangat cepat, kebutuhan akan satelit nano jadi makin banyak,” ujar pria yang menulis buku berjudul ‘Semesta Mendukung’ ini. Nantinya, satelit nano dapat difungsikan untuk komunikasi dan pemetaan. Guna mendukung pengembangan satelit nano ini, tim mahasiwa Surya University juga bekerja sama dengan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN). “PSN akan mendukung dari sisi sel solarnya,” ujarnya menjelaskan.
Sementara pembuatan rangkaian dan sirkuit dilakukan langsung oleh mahasiswa. Rencananya, satelit nano ini akan diluncurkan akhir 2017. Namun Yohanes belum dapat memastikan posisi peluncuran, mengingat belum ada kesepakatan dengan pihak lain. Saat ini pendanaan untuk pembuatan satelit ini masih terus dilakukan, termasuk dengan cara membuka kampanye urun dana di Kitabisa.com.
“Untuk tahap awal memang dibutuhkan sekitar Rp 3 miliar dan kami masih terus melakukannya. Namun pengembangannya sudah dilakukan dan mendekati tahap finalisasi,” tuturnya mengakhiri pembicaraan.
(Dam/Why) – Sumber : liputan6.com