Kontribusi PGRI dalam Mengembangkan Sistem Penilaian Pembelajaran yang Lebih Humanis

Selama bertahun-tahun, sistem penilaian di sekolah sering dipandang terlalu menekankan aspek kognitif dan angka semata. Pendekatan tersebut tidak selalu mampu menggambarkan kemampuan, karakter, dan perkembangan siswa secara menyeluruh. Untuk menjawab tantangan ini, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengambil peran penting dalam mendorong terwujudnya sistem penilaian yang lebih humanis, relevan, dan berpihak pada perkembangan peserta didik.

1. Mendorong Paradigma Penilaian Berbasis Kompetensi dan Perkembangan

PGRI mengajak guru untuk melihat penilaian bukan hanya sebagai pemberi nilai, tetapi sebagai proses memahami perkembangan siswa. Pendekatan yang dipromosikan meliputi:

  • penilaian perkembangan (growth assessment),

  • fokus pada proses belajar, bukan sekadar hasil akhir,

  • penggunaan indikator kompetensi yang lebih komprehensif,

  • apresiasi terhadap usaha dan peningkatan kemampuan siswa.

Paradigma ini membuat penilaian lebih bermakna bagi siswa dan guru.

2. Pelatihan Guru dalam Teknik Penilaian yang Lebih Empatik

PGRI memberikan pelatihan tentang berbagai metode penilaian yang lebih ramah siswa, seperti:

  • penilaian autentik,

  • asesmen formatif,

  • portofolio pembelajaran,

  • penilaian berbasis proyek,

  • observasi perilaku positif.

Melalui pelatihan ini, guru belajar memberikan penilaian yang tidak hanya objektif tetapi juga empatik dan mendidik.

3. Mendorong Penggunaan Portofolio sebagai Rekam Jejak Belajar

PGRI memperkenalkan penggunaan portofolio sebagai bagian dari sistem penilaian di sekolah. Portofolio memungkinkan siswa:

  • menampilkan karya terbaik mereka,

  • merefleksikan proses belajar,

  • menunjukkan pencapaian non-akademik,

  • memahami perkembangan diri secara bertahap.

Dengan pendekatan ini, penilaian menjadi lebih personal dan manusiawi.

4. Mengintegrasikan Aspek Sosial-Emosional dalam Penilaian

Dalam sistem humanis, penilaian tidak hanya berfokus pada akademik. PGRI mendorong agar penilaian juga mencakup:

  • keterampilan kolaborasi,

  • rasa percaya diri,

  • empati dan kepedulian,

  • integritas dan etika belajar,

  • kemampuan mengelola emosi.

Aspek sosial-emosional memberikan gambaran utuh tentang karakter dan kesiapan siswa menghadapi tantangan masa depan.

5. Advokasi untuk Penyederhanaan Administrasi Penilaian

Banyak guru kewalahan dengan administrasi penilaian yang rumit. PGRI aktif mengadvokasi penyederhanaan proses penilaian agar:

  • guru lebih fokus pada interaksi belajar,

  • waktu penilaian lebih efisien,

  • beban administratif berkurang,

  • penilaian dapat dilakukan secara lebih reflektif.

Advokasi ini bertujuan mengembalikan fokus pendidikan pada perkembangan siswa, bukan sekadar kelengkapan dokumen.

6. Pengembangan Instrumen Penilaian yang Adil dan Inklusif

PGRI membantu sekolah dan guru merancang alat penilaian yang:

  • tidak bias,

  • menghargai keberagaman kemampuan siswa,

  • mempertimbangkan kondisi sosial-budaya,

  • ramah bagi siswa berkebutuhan khusus.

Instrumen yang inklusif menjadikan setiap siswa diperlakukan adil dan mendapat kesempatan berkembang sesuai potensinya.

7. Pemanfaatan Teknologi sebagai Penunjang Penilaian Humanis

PGRI mendorong pemanfaatan teknologi dalam penilaian tanpa menghilangkan aspek personal, seperti:

  • aplikasi asesmen berbasis portofolio,

  • platform refleksi digital,

  • sistem rubrik daring,

  • teknologi analisis perkembangan belajar.

Teknologi membantu membuat penilaian lebih efisien sekaligus tetap fokus pada sisi manusiawi siswa.

8. Penguatan Budaya Umpan Balik Positif

PGRI mengedukasi guru agar lebih sering memberikan umpan balik positif yang konstruktif, bukan sekadar nilai angka. Umpan balik humanis meliputi:

Umpan balik yang baik menjadi jembatan penting dalam hubungan guru–siswa.

Kesimpulan

PGRI memberikan kontribusi besar dalam pembangunan sistem penilaian pembelajaran yang lebih humanis. Melalui pelatihan guru, advokasi kebijakan, pengembangan instrumen yang inklusif, dan penguatan budaya umpan balik, PGRI berupaya memastikan penilaian tidak lagi sekadar angka, tetapi cerminan perkembangan nyata seorang siswa. Pendekatan humanis ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga membentuk siswa menjadi individu yang percaya diri, reflektif, dan mampu berkembang secara holistik.