Gerakan literasi tidak dapat dilepaskan dari peran guru sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Di berbagai daerah, guru menjadi tokoh yang mampu menggerakkan minat baca, membangun budaya belajar, hingga menciptakan ruang-ruang literasi yang hidup. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) melihat potensi besar ini dan berupaya memperkuat peran guru sebagai penggerak komunitas literasi lokal melalui berbagai program, pendampingan, serta dukungan organisasi.


1. Guru sebagai Motor Penggerak Literasi Lokal

PGRI memandang guru bukan hanya pendidik di sekolah, tetapi juga tokoh yang mampu menginspirasi masyarakat sekitar. Karena itu, PGRI mendorong guru untuk:

  • memulai kegiatan literasi di lingkungan sekitar,

  • menginisiasi pojok baca komunitas,

  • mengajak warga terlibat dalam kegiatan membaca bersama,

  • mengintegrasikan literasi ke dalam aktivitas sosial masyarakat.

Dengan demikian, guru menjadi figur yang menguatkan budaya literasi dari tingkat paling dasar.


2. Program Pelatihan Pengembangan Literasi dari PGRI

Untuk memperkuat kapasitas guru, PGRI menyelenggarakan pelatihan yang berfokus pada:

  • strategi mengajar berbasis literasi,

  • menulis kreatif bagi guru dan siswa,

  • pemanfaatan teknologi digital untuk literasi,

  • manajemen komunitas literasi.

Pelatihan ini membantu guru memahami cara membangun ekosistem literasi yang luas, bukan hanya sebatas kegiatan membaca di kelas.


3. Mendorong Guru Membentuk Komunitas Literasi Sekolah dan Desa

PGRI aktif memfasilitasi guru untuk membentuk komunitas literasi yang terorganisasi, seperti:

  • klub buku siswa,

  • kelompok menulis remaja,

  • komunitas membaca desa,

  • kegiatan berkisah (storytelling) untuk anak-anak.

Komunitas semacam ini menjadi ruang aman bagi siswa dan warga untuk belajar tanpa tekanan dan menumbuhkan hiburan edukatif yang menarik.


4. Kolaborasi PGRI dengan Perpustakaan dan Taman Baca

Agar gerakan literasi semakin kuat, PGRI membangun kemitraan dengan:

  • perpustakaan daerah,

  • taman baca masyarakat,

  • organisasi literasi independen,

  • komunitas penulis lokal.

Kolaborasi ini memberikan guru akses yang lebih luas terhadap buku, kegiatan literasi, serta jejaring yang mampu memperkuat program-program yang sedang dijalankan.


5. Pendampingan untuk Menciptakan Program Literasi Berkelanjutan

Gerakan literasi sering kali terhenti karena kurangnya pendampingan. PGRI hadir dengan memberikan:

  • mentoring kegiatan literasi,

  • panduan kurikulum literasi berbasis kebutuhan lokal,

  • modul kegiatan komunitas,

  • evaluasi rutin untuk keberlanjutan program.

Pendampingan ini membuat kegiatan literasi tetap hidup dan berkembang dari waktu ke waktu.


6. PGRI Menguatkan Literasi Digital bagi Guru dan Masyarakat

Di era modern, literasi bukan hanya soal membaca buku fisik. PGRI mendorong guru untuk menjadi fasilitator literasi digital, meliputi:

  • kemampuan memahami informasi di internet,

  • kemampuan menyaring hoaks,

  • penggunaan platform digital untuk belajar,

  • keterampilan membuat konten edukatif.

Langkah ini membantu masyarakat menjadi pengguna teknologi yang lebih kritis dan cerdas.


7. Apresiasi PGRI bagi Penggerak Literasi

Untuk meningkatkan motivasi, PGRI memberikan penghargaan kepada guru dan komunitas yang aktif mengembangkan literasi lokal. Penghargaan tersebut mencakup:

  • penghargaan pegiat literasi,

  • dukungan publikasi karya guru,

  • bantuan buku dan fasilitas,

  • promosi kegiatan literasi di forum nasional.

Apresiasi ini memberikan dorongan moral bagi para guru untuk terus berkarya.


8. Dampak Penguatan Peran Guru terhadap Literasi Lokal

Upaya PGRI ini telah memberikan dampak berarti di berbagai daerah, antara lain:

  • meningkatnya jumlah kegiatan literasi berbasis masyarakat,

  • tumbuhnya pusat baca informal seperti pojok desa dan perpustakaan rumah,

  • meningkatnya minat baca anak dan orang dewasa,

  • berkembangnya ruang kreatif seperti kelas menulis dan klub diskusi.

Guru menjadi ujung tombak perubahan budaya literasi di akar rumput.


Kesimpulan

PGRI memainkan peran strategis dalam memperkuat guru sebagai penggerak komunitas literasi lokal. Melalui pelatihan, kolaborasi, pendampingan, dan apresiasi, PGRI membantu menciptakan ekosistem literasi yang hidup dan berkelanjutan. Dengan dukungan ini, guru tidak hanya meningkatkan literasi siswa di sekolah, tetapi juga ikut menggerakkan masyarakat membangun budaya membaca, menulis, dan berpikir kritis di lingkungan masing-masing.